Cerita lalu : Manis di akhir…..Semoga
Menjadi impian seorang laki laki untuk dapat memberikan yang terbaik bagi keluarganya. Berjuang untuk mendapat kebebasan finansial, baik menjadi pengusaha maupun bekerja di perusahaan bonafid yang diharapkan memberikan kompensasi hidup yang sesuai. Berjuang untuk mengangkat harkat dan martabat orang tua, membuat mereka tersenyum bahagia. Dan seterusnya …..
Itu pikiran saya ketika mengejar posisi di salah satu perusahaan minyak yang bonafid di dunia, bukan hanya di Nusantara lho……
Dengan settle point di Balikpapan dan Jakarta, saya sudah menghitung berapa rupiah bahkan mungkin dolar, yang akan mampu membuat orang tua, istri, bahkan anak-anak saya tersenyum, menikmati kenyamanan hidup. hehehehehe….pikiran yang pragmatis ya.
1-0
Eh, ternyata, istri mempunyai gambaran hidup yang ternyata berbeda.
Dilahirkan dari keluarga bersahaja, kekasih saya itu, cuma berfikir sederhana. (pikir saya waktu itu)
Istri ingin hidup di karesidenan Solo Raya saja, yang penting kecukupan, hehehehe …….(cukup rumah, cukup kendaraan keluarga, cukup harta dst)
Keinginan kuat istri untuk ‘settle’ di karesidenan cukup beralasan. Dia pernah melihat kerasnya kehidupan ibukota dan kota besar. Waktu itu saya sempat protes juga, karena upah keringat di daerah khan jauh berbeda dibanding di kota besar. Kapan nanti kita bisa beli ini, beli itu dst……
Tetapi saya menghormati pemikiran istri saya, walaupun saya bisa juga menggunakan otoritas saya sebagai suami … (pakai maksa dikit gitu, hehehehe)
Pemikiran istri sangat logis. Dialah yang bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak, ketika saya bekerja. Pertimbangan untuk hidup di kota besar akan memberatkan, untuk membesarkan anak anak dalam bingkai moral dan nilai yang kita inginkan.
1 – 0 untuk istri saya …
2-0
Itu kisah beberapa tahun lalu, saat pernikahan kami masih seumur jagung.
Hidup memang pilihan, kita yang bertanggung jawab atas pilihan kita, bukan orang lain.
Saat ini, ketika buah hati kami yang pertama sudah memasuki TK Kecil, hikmah itu sedikit demi sedikit hikmah itu terbuka.
Pilihan hidup istri saya, tinggal di kota kecil dan nyaman, bukanlah tanpa alasan, bukan pula tanpa sebab……….
Wanita memang ditakdirkan memiliki perasaan dan naluri yang kuat, sungguh beruntung saya memiliki dia di samping saya. Istriku sayang, aku semakin mencintaimu ……
haiyah koq malah sayang-sayangan …!!!
Dulu saya berfikir simpel, sampai menyimpelkan hubungan kekerabatan, terlebih dengan orang tua.
Saat ini, ketika orang tua (ortu saya atau ortu istri) kadang sakit-sakitan, ALHAMDULILLAH, bisa selalu menengok, mendukung mereka. Dan saya yakin akan selalu begitu, orang tua kami akan semakin uzur. Saat untuk menunjukkan bakti kita kepada orang tua…..
coba kalo kami memutuskan untuk tinggal di kota besar, ga terbayang untuk ambil cuti, kemudian naik pesawat, setiap kali orang tua butuh dukungan.
terima kasih istriku, kau tunjukkan bagaimana menggapai surga dengan ridlo orang tua …….
2 – 0 untuk istriku
3-0
Saat adik-adik butuh pendampingan dalam urusan mereka, baik kuliah maupun pekerjaan, saya dan istri mampu untuk memberikan yang kami punya. apalagi ketika adik yang paling kecil ‘menghajar’ kakek tua dengan motornya, wuih repotnya kalo saat itu saya hidup di kota lain …….
Saya anak kedua, sedang istri anak pertama, jadi otomatis kami masih punya tanggung jawab terhadap adik-adik kami.
gubrakkkkk hattrick 3 – 0
Udahlah, cukup hattrick saja (yang lain off the record, hehehehhe……)
Amazing……hikmah sebuah pilihan hidup.
dari waktu ke waktu kami jalani, ternyata pemikiran istri saya jauh lebih kompleks dibanding saya
Ibarat pemain catur, 1000 langkah mungkin telah dipetakan oleh istri saya, termasuk dengan berbagai peluang dan ancaman (kayak SWOT kali….)
Sedang saya mungkin mikir 10 juta langkah, tetapi kurang dalam pendekatan rasa. Pikiran laki laki kadang terlalu matematis, hitam atas putih aja…….Untuk hitungan dagang sih OK …!!
Pelajaran berharga yang saya petik adalah
Mendengar……mendengar dengan hati terbuka dan pikiran jernih …… apalagi dari orangtua (ortu dan mertua), istri, dan anak anak
Konklusi saya, ternyata pemikiran dan harapan orang terdekat kita, sangat perlu kita pertimbangkan. bahkan WAJIB.
Ternyata membahagiakan mereka, akan menjadi kebahagiaan bagi diri kita, dan pemikiran mereka pun bagian dari upaya mereka membahagiakan kita juga …..baru sadar ya ???
dan bersama mereka, memaknai hidup lebih berarti, mewarnai dunia dengan indahnya pelangi ………….eitss sok puitis
udah itu dulu ya, moga bisa diambil hikmahnya .